Tuesday, February 6, 2018

Mencoba meresensi Bumi Manusia- Prmodya Ananta Toer


Mulai sekarang, aku tak ingin lagi hanya sekedar membaca, aku ingin mengendapkannya di dalam kepalaku dan coba mengutarakan apa yang telah ku baca ke dalam tulisan seperti sekarang ini.
Untuk tulisan Pramoedya Ananta Tour saya termasuk yang terlambat mengenal beliau, pertama mengenalnya saat saya mengikuti Kelas Literasi oleh Pustaka Preanger yang juga bagian dari kegiatan Komunitas Aleut yang berada di kedai Preanger, Jl. Solontongan No. 20 D.

Buku pertama yang aku baca adalah Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, saya tertarik membaa keseluruhan buku ketika tak sengaja saya membaca kalimat awal buku yang bercerita mengenai seorang ayah yang akan melepas anaknya untuk menikah, sang ayah meminta kepada calon menantunya, jika anaknya diminta baik-baik maka jika harus berpisah maka dipulangkan baik-baik pula. dengan kata lain aku baper sama kalimat pertamanya.

Tapi kali ini aku tidak bercerita mengenai Nyanyi Sunyi Seorang Bisu tapi salah satu tetralogi Buru Pramoedya yang berjudul Bumi Manusia. Sebenarnya aku cukup sering mendengar teman-teman bercerita mengenai karya Pram, tapi aku baru ini membaca karyanya setelah seorang teman membagikan karyanya dalam bentuk pdf di grup wa.

Bumi Manusia sendiri bercerita mengenai Minke (bukan nama sebenarnya) seorang pribumi yang bersekolah di HBS ( sejajar SMP-SMA  masa sekolah 5 tahun) seperti yang diketahui, untuk bisa sekolah di HBS hanya bangsa Eropa dan Elit Pribumi, namun di sini Minke tidak menceritakan nama keluarganya dan namanya sendiri, namanya sendiri ia peroleh dari gurunya yang benci kepadanya, saat itu gurunya ingin menyebutnya dengan monkey, tapi karena sadar ruang maka jadilah ia dipanggil Minke.

Suatu hari temannya, Robert Suurhof menantangnya untuk menakhlukkan hati seorang gadis yang bernama Annelies , adik dari temannya yang juga bernama Robert yaitu Robert Mellema. tak di sangka sang gadis langsung menempel padanya dan malah meminta ia untuk tinggal di rumahnya, maka mulailah permasalahan menimpa Minke dan lagi, belakangan di ketahui ternyata Robert Suurhof lah yang menyukai Annelies, Robert menyangka dengan ia membawa Minke maka Annelies akan melihatnya tapi ternyata sebaliknya, dan permasalahan pun menimpa Minke.

Annelies adalah anak dari seorang Nyai, seorang pribumi dan Annelies sendiri mengaku sebagai pribumi walau ia anak yang diakui oleh ayahnya yang berarti statusnya lebih tinggi dari sang Ibu. Diceritakan 5 tahun ke belakang sang Ayah, tuan Melemma kedatangan anaknya (saudara tiri Annelies dan Robert) yang menuntut dendam karena ditinggal oleh sang ayah, membuat tuan Mellema kacau balau dan jadi jarang pulang ke rumah. Akibatnya perusahaan terpaksa diolah oleh Nyai Ontosoroh dan Annelies sedangkan sang kakak Robert Melema tidak mau mengurus karena ia tidak mau menurut dengan sang Ibu, Robert tidak suka dengan pribumi.

Hal yang membuat Minke menetap di rumah Nyai adalah lebih karena Nyai Ontosoroh bukan seorang Nyai biasa, pengetahuannya melebihi wanita Eropa. Dia bisa berbahasa Belanda, Melayu, Jawa, juga Madura. sebuah keahlian yang tidak mungkin dimiliki oleh seorang Nyai/Gundik pada masa itu. Sebelum tuan Mellema berubah, dia telah mengajari Nyai Ontosoroh ilmu perdagangan juga berurusan dengan Bank, maka saat tuan Mellema jarang pulang, Nyai bisa mengolah perusahaan mereka sendiri.

Saat Minke telah tinggal di rumah Annelies, ia di jemput oleh Polisi untuk bertemu ayahnya yang akan dilantik menjadi Bupati, betapa Minke mengutuki adat yang harus menyembah kepada penguasa, berjalan membungkuk dan melepas alas kaki, Minke merasa hina karena dia sudah banyak belajar dan bergaul cara Eropa.  Tapi pada akhirnya bangsa eropa yang menjadi panutannya sangat berlaku tidak adil kepada bangsa pribumi. Hukum-hukum eropa amat merugikan dan mengabaikan haknya sebagai pribumi. Seperti masih menjalani masa perbudakan.

Hal itu bermula saat tuan Mellema ditemukan tidak bernyawa dan istrinya yang sah ingin mengambil ahli perusahaan, juga Annelies sebagai anak yang diakui tuan Mellema mendapat sebagian harta namun karena dianggap belum cukup umur, maka Annelies akan diurus oleh mereka yang berarti Annelies harus berpisah dengan Ibunya dan juga Minke yang telah menjadi suaminya.

Pada akhirnya Annelies pergi meninggalkan Minke dan ibunya Nyai Ontosoroh, Minke dan Nyai Ontosoroh bukan tidak berusaha mempertahankan Annelies, seperti orang Aceh yang melawan kompeni, walau tau akan kalah tapi mereka tetap melawan. Segala cara sudah dilakukan Minke melalui tulisannya di Koran-koran, begitu juga Nyai Ontosoroh dengan membayar seorang ahli hukum, tapi usaha mereka tetap kalah oleh hukum eropa.

Cerita yang berlatar masa jajahan Belanda ini membantu kita melihat keadaan di masa lalu, tidak hanya oleh cerita bangsa Eropa yang memandang rendah Pribumi, juga ternyata ada juga bangsa Eropa yang menghendaki agar orang Pribumi bisa memimpin bangsanya sendiri.

Setidaknya hanya itu yang bisa aku utarakan, walau sebenarnya masih banyak cerita lagi. Aku rekomendd buat kalian baca roman yang sempat dicekal di jaman orde baru ini, karena sebenarnya bacaannya ringan dan mudah dipahami. Bahasanya juga gak terlalu berat. Dan kita bisa dapet ilmu sejarah yang gak kita dapat saat di sekolah.

Melihat dari banyaknya kutipan yang diambil dari roman ini, yang mungkin sangat ingin disampaikan oleh penulis adalah agar kita selalu berlaku adil, bahkan sejak dalam fikiran. Hal ini mungkin juga lebih diarahkan kepada kaum terpelajar juga para penguasa.


oke selamat membaca..

Orangtuaku (Keluarga) - Writing Challenge (5/30)

ilustrasi keluarga Keluarga biasanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluargaku bisa dibilang tidak biasa, ada beberapa keluarga yang dija...