Mulai sekarang, aku tak ingin
lagi hanya sekedar membaca, aku ingin mengendapkannya di dalam kepalaku dan
coba mengutarakan apa yang telah ku baca ke dalam tulisan seperti sekarang ini.
Untuk tulisan Pramoedya Ananta
Tour saya termasuk yang terlambat mengenal beliau, pertama mengenalnya saat
saya mengikuti Kelas Literasi oleh Pustaka Preanger yang juga bagian dari kegiatan
Komunitas Aleut yang berada di kedai Preanger, Jl. Solontongan No. 20 D.
Buku pertama yang aku baca adalah
Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, saya tertarik membaa keseluruhan buku ketika tak
sengaja saya membaca kalimat awal buku yang bercerita mengenai seorang ayah
yang akan melepas anaknya untuk menikah, sang ayah meminta kepada calon
menantunya, jika anaknya diminta baik-baik maka jika harus berpisah maka
dipulangkan baik-baik pula. dengan kata lain aku baper sama kalimat pertamanya.
Tapi kali ini aku tidak
bercerita mengenai Nyanyi Sunyi Seorang Bisu tapi salah satu tetralogi Buru
Pramoedya yang berjudul Bumi Manusia. Sebenarnya aku cukup sering mendengar
teman-teman bercerita mengenai karya Pram, tapi aku baru ini membaca karyanya
setelah seorang teman membagikan karyanya dalam bentuk pdf di grup wa.
Bumi Manusia sendiri bercerita
mengenai Minke (bukan nama sebenarnya) seorang pribumi yang bersekolah di HBS (
sejajar SMP-SMA masa sekolah 5 tahun)
seperti yang diketahui, untuk bisa sekolah di HBS hanya bangsa Eropa dan Elit
Pribumi, namun di sini Minke tidak menceritakan nama keluarganya dan namanya
sendiri, namanya sendiri ia peroleh dari gurunya yang benci kepadanya, saat itu
gurunya ingin menyebutnya dengan monkey, tapi karena sadar ruang maka jadilah
ia dipanggil Minke.
Suatu hari temannya, Robert Suurhof
menantangnya untuk menakhlukkan hati seorang gadis yang bernama Annelies , adik
dari temannya yang juga bernama Robert yaitu Robert Mellema. tak di sangka sang
gadis langsung menempel padanya dan malah meminta ia untuk tinggal di rumahnya,
maka mulailah permasalahan menimpa Minke dan lagi, belakangan di ketahui
ternyata Robert Suurhof lah yang menyukai Annelies, Robert menyangka dengan ia
membawa Minke maka Annelies akan melihatnya tapi ternyata sebaliknya, dan
permasalahan pun menimpa Minke.
Annelies adalah anak dari seorang
Nyai, seorang pribumi dan Annelies sendiri mengaku sebagai pribumi walau ia
anak yang diakui oleh ayahnya yang berarti statusnya lebih tinggi dari sang Ibu.
Diceritakan 5 tahun ke belakang sang Ayah, tuan Melemma kedatangan anaknya (saudara
tiri Annelies dan Robert) yang menuntut dendam karena ditinggal oleh sang ayah,
membuat tuan Mellema kacau balau dan jadi jarang pulang ke rumah. Akibatnya
perusahaan terpaksa diolah oleh Nyai Ontosoroh dan Annelies sedangkan sang
kakak Robert Melema tidak mau mengurus karena ia tidak mau menurut dengan sang
Ibu, Robert tidak suka dengan pribumi.
Hal yang membuat Minke menetap di
rumah Nyai adalah lebih karena Nyai Ontosoroh bukan seorang Nyai biasa,
pengetahuannya melebihi wanita Eropa. Dia bisa berbahasa Belanda, Melayu, Jawa,
juga Madura. sebuah keahlian yang tidak mungkin dimiliki oleh seorang Nyai/Gundik pada masa itu. Sebelum tuan Mellema berubah, dia telah mengajari Nyai Ontosoroh
ilmu perdagangan juga berurusan dengan Bank, maka saat tuan Mellema jarang
pulang, Nyai bisa mengolah perusahaan mereka sendiri.
Saat Minke telah tinggal di rumah
Annelies, ia di jemput oleh Polisi untuk bertemu ayahnya yang akan dilantik
menjadi Bupati, betapa Minke mengutuki adat yang harus menyembah kepada
penguasa, berjalan membungkuk dan melepas alas kaki, Minke merasa hina karena
dia sudah banyak belajar dan bergaul cara Eropa. Tapi pada akhirnya bangsa eropa yang menjadi
panutannya sangat berlaku tidak adil kepada bangsa pribumi. Hukum-hukum eropa
amat merugikan dan mengabaikan haknya sebagai pribumi. Seperti masih menjalani
masa perbudakan.
Hal itu bermula saat tuan Mellema
ditemukan tidak bernyawa dan istrinya yang sah ingin mengambil ahli perusahaan,
juga Annelies sebagai anak yang diakui tuan Mellema mendapat sebagian harta
namun karena dianggap belum cukup umur, maka Annelies akan diurus oleh mereka
yang berarti Annelies harus berpisah dengan Ibunya dan juga Minke yang telah
menjadi suaminya.
Pada akhirnya Annelies pergi
meninggalkan Minke dan ibunya Nyai Ontosoroh, Minke dan Nyai Ontosoroh bukan tidak berusaha
mempertahankan Annelies, seperti orang Aceh yang melawan kompeni, walau tau
akan kalah tapi mereka tetap melawan. Segala cara sudah dilakukan Minke melalui
tulisannya di Koran-koran, begitu juga Nyai Ontosoroh dengan membayar seorang ahli hukum, tapi usaha mereka tetap kalah oleh hukum eropa.
Cerita yang berlatar masa jajahan
Belanda ini membantu kita melihat keadaan di masa lalu, tidak hanya oleh cerita
bangsa Eropa yang memandang rendah Pribumi, juga ternyata ada juga bangsa Eropa
yang menghendaki agar orang Pribumi bisa memimpin bangsanya sendiri.
Setidaknya hanya itu yang bisa
aku utarakan, walau sebenarnya masih banyak cerita lagi. Aku rekomendd buat
kalian baca roman yang sempat dicekal di jaman orde baru ini, karena sebenarnya
bacaannya ringan dan mudah dipahami. Bahasanya juga gak terlalu berat. Dan kita
bisa dapet ilmu sejarah yang gak kita dapat saat di sekolah.
Melihat dari banyaknya kutipan
yang diambil dari roman ini, yang mungkin sangat ingin disampaikan oleh
penulis adalah agar kita selalu berlaku adil, bahkan sejak dalam fikiran. Hal
ini mungkin juga lebih diarahkan kepada kaum terpelajar juga para penguasa.