Wednesday, May 16, 2018

Ramadhannya anak Gang Panah




"Yantii... Yantii ke masjid yuk ...."
Suara seperti itu hampir selalu saya dengar di awal datangnya bulan suci Ramadhan. Teman-teman saya selalu bersemangat untuk pergi tarweh ke masjid Baitul Muhsinin yang ada di Jl SM Raja Rantauprapat, tepatnya di sebelah jalan Perisai yang mengarah ke Padang Bulan, rumah saya yang letaknya paling mendekati masjid, menjadi jemputan terakhir oleh teman-teman saya.
Yah, walau terkadang, ada saatnya saya yang menjemputi teman-teman satu persatu untuk pergi ke masjid bersama.

Bukan sok alim atau sebagainya, tujuan kami ke masjid tidak murni ingin melaksanakan salat tarweh, hanya saja kalau di masjid teman-teman akan bertambah banyak, yah dengan kata lain masjid jadi tempat bermain untuk kami. Sampai-sampai kadang ibu saya melototkan matanya ke arah saya sebagai isyarat agar saya diam. Atau saya di suruh salat di sebelahnya yang berada di shaf tengah. Kalau sudah begitu, maka saya akan bolak balik ke kamar kecil sebagai alasan.

Pojok belakang kiri ruangan masjid, menjadi shafnya anak Gg Panah, disana kami saling bertukar cemilan buka puasa kami. Terkadang kalau sedang musim buah jambu air, kami akan minta pada pimiliknya sebelum ke masjid, sebagai bahan cemilam kami. di shaf tengah belakang ada anak Perisai, dan di pojok kanan belakang ada anak Tengku Cane. Keseruan lain saat salat tarweh adalah memandangi wajah teman yang sedang serius dalam salatnya, atau terkadang iseng ngiketin mukena mereka hihi.

Jahil banget yah, tapi kami gak sepenuhnya kami main terus di masjid lho, saat isa adalah salat wajib, maka kami salat semua, kemudian saat ceramah kami isi dengan ngobrol, saat tarweh yang 20 rakaat, waktu inilah kami gunakan untuk main, karena kata orang tua kami tarweh tidak harus penuh 20 rakaat, boleh istirahat kalau capek. Nah jadilah waktu istirahat itu kami gunakan untuk makan-makan cemilan atau mengisengi teman, tarweh dilakukan berselang seling. Nahh tiba saat witir 3 rakaat, semua kami salat, karna tarweh akan berakhir. Biasa setelah witir kami langsung pulang, tidak mengikuti doa selesai salat, terlalu lama.

Di perjalanan pulang, petasan sudah siap menanti kami.
Tepatnya di Gg Tengku yang di sebelah kantor Golkar, disitu anak lelaki sudah menunggu kami lewat, Anak-anak lelaki suka jahil lempar petasan ke arah kami, kadang temanku ada yang berani main petasan dan membalas ke mereka, kalau aku sih lebih memilih lari, aku tidak suka bau asap korek dan juga asap petasan.




Bukan hanya tarweh yang menjadi keseruan saat Ramadhan, tadarus juga sama halnya. Bersama guru mengaji dan teman-teman mengaji lainnya, kami melakukan tadarus. Mengaji dari rumah-kerumah seusai salat tarweh. Dan yang aku suka adalah, tentu saja makanan yang di sediakan oleh si tuan rumah hehe. Asyiknya ikut tadarus itu, kita bisa khatam Al-Quran dengam mudah, karena dilakukan bersama-sama. Gak enaknya, bacanya musti pakai mic bikin gak pede, juga selesainya yang tiap hari hampir tengah malam.

Selain kegiatan malam, kegiatan di waktu subuh juga gak kalah menyenangkan. Asrama subuh begitu sebutannya, kegiatannya tentu saja salat subuh kemudian mendengarkan ceramah subuh.
Tapi tidak dengan kami, itu hanya alasan keluar rumah saja. Usai salat subuh yah kami jalan-jalan, suasana jalan yang sepi saat subuh membuat kami asik tiduran di aspal, menunggu kendraan datang, kemudian larii, yah semacam uji nyali gitu deh. Sebenarmya itu bahaya, karena jalanan yamg kami tiduri merupakan jalanan propinsi. Yahh namanya juga anak-anak. 

Kalau sore, saat menunggu buka puasa, Kadang kami suka mencarter becak untuk jalan-jalan, berkeliling kota, juga memburu takjil, dan selain itu lagi-lagi perang petasan selalu ada, menyebalkan memang, tapi seruuu hihi

Saat SMP saya pindah rumah, tapi masih ada di Gang yang sama yaitu Gg.Panah. rumah saya berada di belakang rumah si Nia juga Fikri. di antara rumah si Jannah dan Balqis. Yah letak rumah saya jadi strategis, berbeda saat dulu yang letaknya di depan jalan raya dan paling pinggir.

Di lingkungan yang baru ini saat sore tiba, selalu saja ada piring yang datang dari tetangga, baik itu kolak, buah malaka, bubur kacang hijau dsb dan piring itu kami pulangkan dengan masakan yang kami punya, sebenarnya tidak dibalas juga tidak kenapa, tapi bukankah berbagi itu menyenangkan ? selain itu tentu saja karena ada hadis yang mengatakan kalau memberi makan orang yang berpuasa maka pahalanya akan sama dengan yang berpuasa J

Yah begitulah keseruan Ramadhan di Gang panah, Ramadhan menjadi bulan yang sangat di nantikan dimana setiap kebaikan yang kita kerjakan akan dilipat gandakan. Saat bulan Ramadhan saya banyak mendapat kebaikan dan insyaAllah saya selalu ingin membalasnya.
Memang benar yang di katakana orang. Ternyata kebaikan itu menular, maka yuk kita selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. [msy/itp]


Wednesday, May 9, 2018

Belajar memahami diri melalui cerita Lelaki tua dan Laut



Bagaimana rasanya jika kamu sudah bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu yang besar namun hasilnya tak terlihat ? pasti ada rasa kecewa dan putus asa. Tapi, walau tidak terlihat, tetap saja kamu telah berhasil melakukannya.

Setidaknya itulah sedikit cerita yang dialami oleh si lelaki tua dalam buku karya Ernest Hermingway yang berjudul Lelaki tua dan Laut. bercerita tentang usaha Santiago si Lelaki tua untuk mendapatkan ikan besar di tengah laut yang dalam, karena ikan besar hanya tinggal di laut dalam. 

Berada sendirian di tengah laut dalam tanpa siapapun. terkadang juga membosankan, sampai-sampai ia membuat dirinya menjadi dua dan berbicara dengan dirinya sendiri. satu-satunya hal yang membunuh kesepiannya ialah pertarungan dahsyat yang dilakukannya dengan ikan Marlin yang super besar tanpa seorangpun yang melihat. betapa menegangkannya dan mencekam tapi akhirnya lelaki tua berhasil memenangkan pertarungan.

Ternyata perjuangan si Lelaki tua belum selesai, dalam perjalanan pulang dia masih melakukan pertarungan lainnya dengan ikan-ikan hiu yang mencoba mencuri tangkapannya. berawal dari aroma darah, daging besar dan masih segar menjadi incaran para hiu, si Lelaki tua harus berusaha melindungi tangkapannya. namun apa daya setelah sampai di tepian daging ikan tangkapannya telah habis dan yang ia dapat hanyalah sakit dan letih.

Si Lelaki tua hidup sebatang kara dan miskin, tapi ada suatu orang yang peduli padanya. seorang anak  bernama Manolin yang dari kecil suka ikut melaut kepadanya, anak kecil itu melihat betapa hebatnya si lelaki tua dalam menangkap ikan dan anak lelaki itu menghormatinya karena Lelaki tua banyak memberikan ilmu menangkap ikan kepadanya. namun karena sudah tua si Lelaki tua mulai jarang mendapat ikan dan si anak kecil ikut ke orang lain karena tuntutan orang tuanya agar mendapat penghasilan.

begitu melihat Lelaki tua pulang melaut, si Lelaki tua menderita demam. memang dia nekat mencari ikan ketengah laut untuk memenuhi kehidupannya yang sudah semakin sulit. kemudian si anak lelaki merawat lelaki tua hingga sembuh.

sungguh menyedihkan, hal yang membuat sedikit bahagia adalah ditemukannya duri ikan yang sangat besar. duri bekas dari keberhasilan lelaki tua menangkap ikan Marlin besar.

Novel ini mengajarkan kepada saya arti perjuangan hidup, tentang bagaimana berdamai dengan diri sendiri juga mengenai pantang menyerah. tergambarkan bagaimana si lelaki tua bekerja keras mendapatkan ikan besar seorang diri, tak ada yang menemani ataupun membantunya dan bagaimana si lelaki tuan dapat iklas dan bisa mengambil pelajaran untuk penangkapan ikannya.

Novel ini terbilang bagus, santai dan agak datar karena kurang ada pergerakan emosi bagi saya seorang pembaca. atau mungkin karena saya yang kurang emosional :< 
ada sedikit dialog yang membuat saya bingung atau tidak bisa berimajinasi ketika membaca, yaitu saat saya tidak bisa membedakan dialog antara si lelaki tua dengan dirinya sendiri dan dengan apa yang dia perbuat. itu cukup membuat saya bingung. namun untuk pengalamannya. sungguh luar biasa :)

mungkin ketika kamu bosan, kamu bisa mencoba berbicara dengan diri sendiri,mencoba memahami diri.


Tuesday, May 8, 2018

Mobil atau Rumah


Sukses datang dengan banyak tunjangan.
Cara orang melihat perubahan mu
Aku mengetahui setelah aku berhasil.

Sukses itu bermakna..
Hanya ketika kau memiliki seseorang untuk berbagi dengannya.
Aku kehilangan satu-satunya keluarga yang aku punya.
Aku juga kehilangan keinginan untuk membuat yang lain.
Jadi ..
Aku memilih mobil daripada rumah.

Masih ada hal-hal yang kau kehilangan..
Tapi kau tidak pernah bisa melupakannya.


*****

kalimat di atas ku dapat dari kutipan drama Korea yang berjudul Doctor di episode 4.
sebagai orang normal, siapapun pasti lebih memilih Rumah daripada Mobil.
ayolah, rumah saat ini bahkan bisa digunakan sebagai investasi jika kau sedang tidak ingin menempatinya.
rumah tempat kau pulang dan beristirahat. sementara mobil hanya akan membuat jalanan semakin macat.

tapi coba fikir sekali lagi.
kau tak punya siapa-siapa untuk berbagi saat pulang.
kau hanya akan mendapati dirimu sendiri dan sepi dirumah yang kau miliki.
sebagai orang yang berpenghasilan kau tentu mampu membeli rumah, tapi rumah adalah pilihan yang menyakitkan. sementara mobil bisa membuatmu melarikan diri dari kenyataan di kehidupan yang sepi ini.

Rumah hanya akan membuatmu merindukan sebuah keluarga,
sementara kau sudah tak punya itu dan belum menginginkannya.

tapi tetap saja, kau pulang dan beristirahat di dalam rumah, bukan di dalam mobil.
:<





Orangtuaku (Keluarga) - Writing Challenge (5/30)

ilustrasi keluarga Keluarga biasanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluargaku bisa dibilang tidak biasa, ada beberapa keluarga yang dija...