"Yantii... Yantii ke masjid yuk ...."
Suara seperti itu hampir selalu saya dengar di awal datangnya
bulan suci Ramadhan. Teman-teman saya selalu bersemangat untuk pergi tarweh ke
masjid Baitul Muhsinin yang ada di Jl SM Raja Rantauprapat, tepatnya di sebelah
jalan Perisai yang mengarah ke Padang Bulan, rumah saya yang letaknya paling
mendekati masjid, menjadi jemputan terakhir oleh teman-teman saya.
Yah, walau terkadang, ada saatnya saya yang menjemputi
teman-teman satu persatu untuk pergi ke masjid bersama.
Bukan sok alim atau sebagainya, tujuan kami ke masjid tidak
murni ingin melaksanakan salat tarweh, hanya saja kalau di masjid teman-teman
akan bertambah banyak, yah dengan kata lain masjid jadi tempat bermain untuk
kami. Sampai-sampai kadang ibu saya melototkan matanya ke arah saya sebagai
isyarat agar saya diam. Atau saya di suruh salat di sebelahnya yang berada di
shaf tengah. Kalau sudah begitu, maka saya akan bolak balik ke kamar kecil
sebagai alasan.
Pojok belakang kiri ruangan masjid, menjadi shafnya anak Gg
Panah, disana kami saling bertukar cemilan buka puasa kami. Terkadang kalau
sedang musim buah jambu air, kami akan minta pada pimiliknya sebelum ke masjid,
sebagai bahan cemilam kami. di shaf tengah belakang ada anak Perisai, dan di
pojok kanan belakang ada anak Tengku Cane. Keseruan lain saat salat tarweh adalah
memandangi wajah teman yang sedang serius dalam salatnya, atau terkadang iseng
ngiketin mukena mereka hihi.
Jahil banget yah, tapi kami gak sepenuhnya kami main terus di
masjid lho, saat isa adalah salat wajib, maka kami salat semua, kemudian saat ceramah
kami isi dengan ngobrol, saat tarweh yang 20 rakaat, waktu inilah kami gunakan
untuk main, karena kata orang tua kami tarweh tidak harus penuh 20 rakaat,
boleh istirahat kalau capek. Nah jadilah waktu istirahat itu kami gunakan untuk
makan-makan cemilan atau mengisengi teman, tarweh dilakukan berselang seling. Nahh
tiba saat witir 3 rakaat, semua kami salat, karna tarweh akan berakhir. Biasa
setelah witir kami langsung pulang, tidak mengikuti doa selesai salat, terlalu
lama.
Di perjalanan pulang, petasan sudah siap menanti kami.
Tepatnya di Gg Tengku yang di sebelah kantor Golkar, disitu anak
lelaki sudah menunggu kami lewat, Anak-anak lelaki suka jahil lempar petasan ke
arah kami, kadang temanku ada yang berani main petasan dan membalas ke mereka,
kalau aku sih lebih memilih lari, aku tidak suka bau asap korek dan juga asap
petasan.
Bukan hanya tarweh yang menjadi keseruan saat Ramadhan, tadarus
juga sama halnya. Bersama guru mengaji dan teman-teman mengaji lainnya, kami
melakukan tadarus. Mengaji dari rumah-kerumah seusai salat tarweh. Dan yang aku
suka adalah, tentu saja makanan yang di sediakan oleh si tuan rumah hehe. Asyiknya
ikut tadarus itu, kita bisa khatam Al-Quran dengam mudah, karena dilakukan
bersama-sama. Gak enaknya, bacanya musti pakai mic bikin gak pede, juga
selesainya yang tiap hari hampir tengah malam.
Selain kegiatan malam, kegiatan di waktu subuh juga gak kalah
menyenangkan. Asrama subuh begitu sebutannya, kegiatannya tentu saja salat
subuh kemudian mendengarkan ceramah subuh.
Tapi tidak dengan kami, itu hanya alasan keluar rumah saja. Usai
salat subuh yah kami jalan-jalan, suasana jalan yang sepi saat subuh membuat
kami asik tiduran di aspal, menunggu kendraan datang, kemudian larii, yah
semacam uji nyali gitu deh. Sebenarmya itu bahaya, karena jalanan yamg kami
tiduri merupakan jalanan propinsi. Yahh namanya juga anak-anak.
Kalau sore, saat menunggu buka puasa, Kadang kami suka mencarter
becak untuk jalan-jalan, berkeliling kota, juga memburu takjil, dan selain itu
lagi-lagi perang petasan selalu ada, menyebalkan memang, tapi seruuu hihi
Saat SMP saya pindah rumah, tapi masih ada di Gang yang sama
yaitu Gg.Panah. rumah saya berada di belakang rumah si Nia juga Fikri. di antara
rumah si Jannah dan Balqis. Yah letak rumah saya jadi strategis, berbeda saat
dulu yang letaknya di depan jalan raya dan paling pinggir.
Di lingkungan yang baru ini saat sore tiba, selalu saja ada
piring yang datang dari tetangga, baik itu kolak, buah malaka, bubur kacang
hijau dsb dan piring itu kami pulangkan dengan masakan yang kami punya,
sebenarnya tidak dibalas juga tidak kenapa, tapi bukankah berbagi itu
menyenangkan ? selain itu tentu saja karena ada hadis yang mengatakan kalau
memberi makan orang yang berpuasa maka pahalanya akan sama dengan yang berpuasa
J
Yah begitulah keseruan Ramadhan di Gang panah, Ramadhan menjadi
bulan yang sangat di nantikan dimana setiap kebaikan yang kita kerjakan akan dilipat
gandakan. Saat bulan Ramadhan saya banyak mendapat kebaikan dan insyaAllah saya
selalu ingin membalasnya.
Memang benar yang di katakana orang. Ternyata kebaikan itu
menular, maka yuk kita selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. [msy/itp]