Ya, Mak Mey barangkali mau
memberikan tanggapan dengan keterlibatannya menjadi partisipator dari awal
mengikuti kegiatan sampai sekarang. Sejenak aku tersadar orang-orang yang hadir
dalam acara diskusi Lana yang diadakan oleh Audya menoleh kepadaku, melihat
orang yang dimaksud oleh Audya. Aku terdiam dan kepala ku kosong. Aku tak mau
menanggapi apa-apa. Dari tadi aku tak mengerti dengan bahasan mereka, membahas
masalah psikologi dengan rajutan, mungkin mengerti, tapi sedikit karena aku
datang terlambat karena harus memenuhi kewajiban sebagai seorang karyawan dulu.
Akhirnya kata yang keluar dari mulutku hanya “tidak ada” sambil tersenyum. Ntah
aku disana terlihat bodoh atau apa aku tak peduli. Apa gunanya menghadiri
sebuah acara diskusi jika kau hanya diam saja ?
Yang selalu menjadi kebiasaanku
adalah menyesali, lalu muncul dikeplaku harusnya aku bilang saja ini, harusnya
aku bilang saja itu, tapi rasanya saat itu aku tidak bisa menjahit kata-kata
yang ada dikepalaku. Baiklah, lebih baik aku curahkan disini saja.
Awalnya aku kira menjadi
Partisipator Tugas Akhir Audya hanya merajut sambil curhat lalu hasil rajutan
akan dipamerkan seperti hari ini, tapi ternyata Audya melakukan pendekatan yang
lebiih ke masing-masing partisipatornya sehingga mau menguak rahasia mereka
masing-masing.
Sebagai peserta aku hanya
ikut-ikut saja dari hal-hal yang sudah dipersiapkan Audya. Sebenarnya
partipisator TA Audya terdiri banyak orang dan dibagi menjadi beberapa sesi,
aku sendiri kalau tidak salah ada di sesi ke 5 dari 7 sesi yang ada,
masing-masing sesi terdiri dari 5-6 orang. 1 sesi berlangsung 4 hari. Hari
pertama memasuki perkenalan walau orang yang satu sesi dengan ku sudah saling
kenal sebelumnya. Setelah perkenalan lalu Audya menunjukkan karya-karya
rajutannya dan menceritakan kenapa dia merajut ini dan itu. Masing-masing karya
rajut memiliki cerita.
Setelah Dia bercerita, lalu dia
gantian mempersilahkan kami untuk menceritakan kegelisahan kami masing-masing,
karena seolah tidak ada yang mau memulai maka dilakukan hompimpa gambreng agar
adil dann orang pertama yang bercerita adalah aku hhh
Lagi-lagi aku gak tau mau cerita
apa, apakah harus ada dikaitkan dengan agama ? karena Audya telah mencontohkan kegelisahan dia dan juga temannya terkait agama. ya akhir-akhir ini isu agama memang terlalu berlebih aku rasa. Lalu aku mengoceh bla bla bla
dan tiba-tiba dada ku sesak, hidungku susah bernafas dan air pun mengalir dari
mataku disaat akhir-akhir ceritaku hampir selesai. Kenapa aku menangis ? oh
ayolahh padahal ceritaku mungkin tak ada sedih-sedihnya bagi yang mendengar
bahkan jika aku kemudian mendengar rekaman suaraku, aku pasti tidak akan
menangis.
Kemudian teman-teman yang lain
bercerita sesuai gilirannya, kemudian menangis pula oh.. benarkan, masalah
hidupku tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan masalah mereka. Satu catatan
semua harus bisa menjaga rahasia satu sama lain.
Hari berikutnya kami menuliskan
apa yang sudah kami ungkapkan kemarin di secarik kertas, setah itu belajar
dasar-dasar merajut. Hari ke-tiga harusnya kami menyeketh apa yang akan kami
rajut, tapi karena aku kira acara sesi ini sampai 5 hari, maka di hari ke-3 aku
tidak datang, tentu saja karena suatu hal juga, dan di hari terakhir kami
belajar merajut lagi dan menyampaikan kesan-kesan dari kegiatan yang telah kami
ikuti.
Sehari sebelum pameran, Audya
mengajak partisipan untuk menyiapkan pameran, mengajak partisipan untuk
menentukan sendiri bagaimana karya mereka akan ditampilkan.
saat memasuki ruang pameran, terdapat poster berupa informasi pameran dan layar LCD yang menunjukkan proses karya Lana ini dibuat, dari Audya membeli bahan-bahan merajut hingga proses sharing dengan partisipan. Pada tembok sebelah kiri telah terpajang tulisan-tulisan kami para partisipan, tidak ada yang tau tulisan itu kisah siapa karena nama dicantumkan dibelakang kertas, di ruang tengah telah terpajang rapi karya rajut yang menggantung di udara, total ada sekitar 45 rajutan. didekat karya rajut, ada sebuah meja yang diatasnya terdapat tumpukan benang rajut dan alat rajut lainnya, tak jauh dari situ tertempel sketsa-sketsa rajutan. Mungkin di meja itu pula terdapat rekaman cerita para partisipan. pada tembok dekat tempelan sketsa ada layar LCD satu lagi yang memperlihatkan persiapan display pameran.
Seperti bahasan diawal aku datang
ke acara diskusi Lana, sebenarnya masalah psikologi tidak ada kaitannya dengan
merajut kalau menurut ku, Audya sendiri mengatakan jika merajut dianggap
sebagai terapi mungkin itu adalah bonus. Aku sendiri menangkap bahwa rajutan
itu adalah media untuk mempertemukan kami semua sebagai partisipan dan
cerita dari kegelisahan kami adalah tambahannya.
Seperti karya rajut kami,
awalnya aku bingung mau bikin apa karena karya harus memiliki cerita. Maka
jadinya bukan karena aku ada suatu kegelisahan maka aku membuat karya tersebut,
tapi malah aku membuat karya tersebut lalu membuat ceritanya sesuai dengan
kegelisahan ku. Yah walau saat merajut aku merasa seperti hilang, mengikuti pola rajutan ku dan melupakan apa
yang ada difikiran ku, tapi Yah tetap saja aku kira seni dan psikologis memang
tidak ada kaitannya.
Diacara diskusi ada yang
bertanya, jadi, karya ini karya siapa ? Audya sebagai Fasilitator atau karya para Partisipan ?
Pertanyaan yang kemudian dijawab
yang jawabannya tidak aka ada habisnya, maksudnya pertanyaan itu tak akan bisa
terjawab. Semua saling terkait, satu sisi karya-karya rajut yang dipamerkan
memang karya partisipan, tapi karena projek Lana yang dibuat Audya lah maka
karya-karya itu ada. Jika memang ada yang bilang kalau Audya memanfaatkan kami
sebagai partisipan aku sih tidak masalah, karena dari awal aku bergabung
sebagai partisipannya Audya selain agar bisa merajut, yah tentu saja untuk
membantu Dia menyelesaikan Tugas Akhirnya, mau dibagaimanakan pun karya itu, yah
terserah dia. Jadi sukses terus yah sobat.. semoga kedepan bisa bikin pameran
tunggal yang lebih besar lagi.. mantaap hehe