Tuesday, March 20, 2018

Dewata dan Imajinasi-Imajinasi yang berseliwiran.


Padahal udah tau bakalan melewati jalan berbatu yang segede orok, padahal udah tau nantinya bakal mengendarai motor dan melewati jalan berbatu yang segede orok itu karena peserta ngaleut Dewata kali ini didominasi oleh kaum hawa. Ntah setan apa yang merasuki hingga akhirnya aku daftar ikut ngaleut Dewata. Hanya satu yang di cari : pengalaman

Setelah ngaleut Dewata pertama hanya bisa setengah jalan, kali ini kami berangkat lebih pagi berharap bisa pulang jam 9 malam. Pananjung dan Cisondari diskip agar bisa pulang tepat waktu.

Jika sebelumnya kami sampai di Rancabolang saat ashar kali ini kami sampai sebelum dhuhur. Seperti biasa kebun teh adalah oasis setelah melewati hutan Gunung Tilu tempat habitat para hewan lindung. Tapi kebun teh Rancabolang kali ini tidak seindah saat pertama kali aku melihatnya. Mungkin karena pertama : jalan menuju ke Rancabolang sudah bagus sehingga tidak begitu menguras tenaga. Kedua : kali ini tidak ada kabut di atas kebon teh, sehingga tampak biasa saja. Aku memutuskan untuk membuang hajat kecil dan mengisi tenaga di warung, aku sadar ini baru setengah jalan.

Tapi ternyata perjalanan ke Dewata hanya tinggal 18km. Tapi saya tidak merasa ini dekat, saya tidak begitu percaya dengan petunjuk warga lokal, yang mereka bilang deket "sebentar juga sampai" tak sama dengan yang kami jalani. Tapi ternyata perjalanan memang tinggal 18km hal itu ditandai dengan rambu petunjuk jalan. Aku heran menuju sebuah kebun teh Dewata ada rambu km. Macam di tol saja.

Rambu boleh macam jalan tol, tapi jalanan tiga ratus enam puluh derajat mulusnya dengan jalan tol. Tiap sekilo kami berhenti entah untuk meluruskan kaki, melihat tumbuh yang unik atau berfoto.


Ki hujan dan kabut adalah paduan yang cocok untuk berfoto. Kalau kata Enji seperti ada di film kong the Skull island tapi buat aku yang pengetahuan filem nya rendah bayanginnya yah kaya ada di filem beauty and the beast bayangin si beauty cari ayahnya kemudian nemu istana yang kemudian dia lihat bahwa jalanan yang dia lewati tidak seseram itu.

Tapi melihat pohon yang rata-rata berlumut seperti matahari tak bisa menembus kabut di hutan ini membuat aku membayangkan film twilight saga juga. Seperti nya tempat ini cocok dengan para vampir ganteng yang herbivora.

Enji dan Imajinasinya


Akhirnya kami sampai di sebuah pondok dan plang yang menunjukkan kami hampir sampai di sebuah desa. Kami rehat sejenak di pondok sambil menikmati suasana, mungkin jika kabut turun pemandangan akan lebih bagus lagi. Jalanan menuju desa sudah terbilang lumayan. Batu yang Segede orok sudah tidak ada tapi belum bisa di bilang mulus juga hanya saja jalan berbatu nya lebih bersahabat.

Akhirnya kami tiba di sebuah desa, menumpang buang hajat juga mengisi bensin yang dari setengah jalan sudah khawatir akan mogok. Walau harga bensin jauh lebih mahal dari harga normal tapi tak apalah. Sambil menunggu motor manglex dibenerin kami bercengkrama di sebuah warung sambil jajan jajanan waktu SD.

Dari pondok derita atau dari awal terlihat kebun teh setelah keluar dari kawasan hutan gunung tilu, saya sudah merasakan kemandirian desa yang jauh dari kota ini. Di sekitar pondok banyak disediakan goni untuk tempat sampah, seperti menerapkan sebuah desa yang bebas dari sampah. Kemudian pos-pos tempat panen teh yang bersih dan teratur tak lupa rambu penunjuk jalan plang petunjuk perkebunan pun tertata rapi.

Saat kami menumpang buang hajat didekat sebuah musallah, kami tak perlu bingung mencari dimana WC sebab sudah ada petunjuk mck 3, jika ada mck 3 maka pasti ada mck 1 dan 2 dan benar saja tak jauh mck 2 terlihat jadi antrian WC tak perlu panjang. Didekat mck 3 ada musallah, dekat mck 2 ada sebuah lapangan voli mungkin bisa juga berfungsi sebagai lapangan bulutangkis. Oh ya karena tidak ada sinyal warga desa berkomunikasi menggunakan HT. Di sebelah warung yang kami tempati untuk menunggu motor mang Alex siuman, aku melihat ada stasiun radio gitu.

mck 3

Sore-sore nongkrong depan warung sambil lihatin orang lewat, lumayan banyak yang lalu-lalang saya berasumsi bahwa Dewata sebuah desa yang ramai.

Perjalanan kami lanjutkan namun sempat terhenti sebentar karena ada kecelakaan kecil menimpa Elmi, rombongan terpaksa terbagi tiga yaitu rombongan depan yang menuju Dewata, mereka harus segera sampai karena harus mencari tukang tambal ban, rombongan ku yang sedang menangani Elmi, dan rombongan belakang yang menunggu motor manglex siuman.

Saat menunggu mbak Nurul menangani luka Elmi aku melihat mobil elf melintas membawa banyak barang, awalnya aku kira itu angkutan umum yang kebetulan membawa dagangan orang yang membuka warung di Dewata. Belakangan aku tahu bahwa elf itu milik bersama yang di gunakan untuk membeli kebutuhan warga sehari-hari yang berangkat ke kota seminggu sekali. Selain elf mereka juga punya truk.

Masih ketika menunggu Elmi dua orang warga yang berboncengan yang sepertinya ingin berangkat main voli berhenti sejenak prihatin pada keadaan Elmi tapi tak bisa melakukan apapun menyarankan kami agar segera ke Dewata karena disana ada klinik perjalanan tinggal sedikit lagi hanya tinggal 3km.

Setelah ditangani seadanya oleh mbk Nurul, Elmi sudah bisa melanjutkan perjalanan. Perjalanan yang sudah "agak" mendingan ini ternyata lumayan sulit bagi Nisa, mungkin dia habis tenaga karena sudah mengendalikan motor dari km 14 dari jalan masih ganas. Lalu Nisa dan Pinot jatuh, rombongan terbagi lagi. Aku melihat-lihat kami sudah tiba di mana apakah masih jauh ? Tapi yang pasti kami semakin dekat.

Ternyata kami ada disekitar pengolahan hydrant gitu, awalnya aku kira untuk irigasi ternyata ada PLTA mini gitu. Airnya juga jernih lagi, dan kanal-kanal nya sepertinya masih baru, masih terlihat kokoh habis disemen.

Aku memberikan biskuit yang aku bawa ke Nisa, bukan hanya dia tapi juga Pinot dan Ervan. Mungkin karena pada belum makan siang dan perjalanan beberapa km yang menguras tenaga itu bikin lemes. Ditambah hujan tiba-tiba turun. Usai mengenakan jas hujan. Akhirnya motor aku ambil ahli, membonceng Pinot. Dan... Benar saja, jalan benar-benar licin..
Tips nya. Lemesin aja..
Rileks rileks, tapi begitu motor oyong, langsung lawan. Begitulahh dengan mulut komat-kamit akhirnya sampai di desa Dewata.

Kami parkir di depan koperasi yang di seberang nya ada masjid yang letaknya sedikit lebih tinggi. Di sebelah koprasi ada klinik. Disitu lah Elmi dan mbak Nurul berteduh dari hujan. Mereka menunggu mantri tapi mantrinya baru datang selesai pabrik bubar. Tapi mereka menunggu mantri bukan untuk berobat sih, mereka butuh kunci untuk bisa mengakses obat-obat yang ada di dalam klinik.

Duuh gak kebayang deh aku kalau jadi warga sini. Kalau sakit harus melewati jalan yang ganas itu, belum harus punya kendaraan sendiri. Di desa ku aja di Wonogiri yang jalannya sudah mulus kalau mau berobat ke solo musti sewa mobil tetangga dulu, atau sekedar mengisikan bensin kalau mobilnya bisa setir sendiri. Biaya perjalanan nya aja udah berapa belum biaya berobat. Medis solo lebih bagus dari Wonogiri. Pasti begitu pula di Dewata ini medis Bandung lebih lengkap tapi perjalanan ke kota sungguh tidak mudah :(

Rumah seorang warga yang membuka warung kami jadikan tempat untuk beristirahat dan menyusun rencana pulang. Hampir kami terbagi dua karena berfikir warung itu tak akan cukup menampung kami semua, ditambah kondisi bibi Kania yang membutuhkan ruang lebih untuk kakinya. oh ya saat awal perjalanan bibi Kania yang di bonceng Akay sempat jatuh di Rancagong, jadilah kaki mereka cidera. Ternyata kalau yakin bisa pasti bisa, malah dengan sempitnya ruang malah merapatkan kami semua.

Aku sempat merasa lelah saat mendengar kabar kalau aku harus mengendarai motor untuk pergi dari Dewata di malam yang basah dan jalannya yang tak bersahabat ini. Maka aku memutuskan untuk mengisi tenaga yang cukup dengan makan yang banyak. Teman yang lain juga begitu semua mengisi tenaga. Saat kebutuhan tubuh sudah terpenuhi tapi mood masih belum berubah, beruntung mangAjuz mengajak main Ludo di tab nya bersama Akay dan Aip.

Awalnya aku seperti di manjakan mungkin karena aku cewek, mereka tak tega memulangkan anak Ludo ku ke penjara, tapi karena aku seperti nglunjak maka persaingan pun meningkat.
Akay yang anak ludonya sering di pulangkan ke penjara berhasil mendapat juara 3 padahal aku kira dia akan yang terakhir membuat semua anak ludonya pulang ke rumah.

Besok komunitas Aleut akan mengadakan acara pemanduan yang telah bekerjasama dengan SMP Al-falah dari Bekasi, DP sudah diterima. Komunitas Aleut harus profesional. Maka mau tak mau malam ini kami harus pulang. Padahal warga sekitar sudah menyarankan agak kami menginap saja.

Rombongan terbagi menjadi dua lagi, yang luka-luka dan tak bisa mengendarai motor bisa naik truk. Motor yang bermasalah pun dimasukkan kedalam truk. Aku gak bisa membayangkan bagaimana keadaan teman-teman yang berada di dalam truk menjaga motor-motor agar tidak terguling atau menimpa mereka. dan Alhamdulillah kami pulang dengan selamat, tak lagi ada insiden kecelakaan seperti saat kami berangkat.

bahagia bisa lihat lampu, jalan aspal, dan minimarket (lagi)

Dewata bagiku cocok untuk orang yang ingin mengasingkan diri dari lingkungannya, cocok untuk orang yang ingin menyendiri. bayangkan dirimu tanpa dunia luar, tanpa akses internet apalagi sinyal untuk berkirim pesan atau telpon. tempat yang indah, tapi aku gak mau juga kalau harus tinggal lama disini, cukup untuk singgah. duh aku jadi membayangkan seorang tokoh yang di asingkan di suatu tempat. bagaimanapun indahnya tempat tersebut, tapi jika hati tak menikmatinya sama saja bohong dan membikin tersiksa karena dibikin jauh dari orang terdekat.

Perjalanan pulang dari Dewata sama seperti aku menulis cerita ini, yang aku begitu semangat untuk memulainya, hampir putus asa untuk mengakhirinya hingga akhirnya aku berhasil untuk menyelesaikan nya. Idealnya ngaleut Dewata itu harus menginap, maka sekali waktu boleh lah bangun tidur kemudian disambut kabut-kabut yang berada di atas kebon teh. :)


Orangtuaku (Keluarga) - Writing Challenge (5/30)

ilustrasi keluarga Keluarga biasanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluargaku bisa dibilang tidak biasa, ada beberapa keluarga yang dija...