Tuesday, September 6, 2016

Berkemah di Semak Daun

Sakit hati karna cinta memang menyakitkan,
Sebab aku sakit hati, tak usalah di ceritakan karena itu hanyalah cerita dua orang yang saling gengsi dan egois.

Saat itu libur natal, aku berkunjung ke rumah teman di Jakarta. 3 orang anak gadis tidur bersama, sebelum tidur apalagi yang dilakukan kalau tidak saling curhat. dari cerita kedua temanku aku tahu bahwa aku telah di khiyanati.

Temanku itu, winda dan dila namanya. Kebetulan saat itu winda di ajak oleh pacarnya camping ke pulau, katanya sih ramai-ramai. Jadi winda mengajakku agar bisa menemaninya. Sementara Dila, dia sama saja sepertiku sebelum kerja dulu. Untuk bisa pergi keluar rumah saja susahnya minta ampun, apalagi kalau harus menginap.

Karna aku sedang di rundung ke galauan, dan winda menjanjikan padaku kalau dengan pergi ke pulau bisa menghilangkan kegalauan ku, maka aku ikut saja.Walau saat itu adalah akhir bulan. Keuangan sudah sesak-sesaknya ..Yah biarkan sajalah...

Sabtu pagi kami kumpul di haltebus grogol harusnya jam 06.00 tapi tak ada yang datang, aku dan winda sudah menunggu hampir setengah jam akhirnya pacar winda datang Ersa namanya, setengah jam berikutnya tak ada juga yang datang, hanya ada 1 orang teman ersa yang datang. Teman yang lainnya tidak jelas keberadaannya. Mungkin karena ini adalah acara dadakan jadi mereka belum siap.
Akhirnya kami pergi hanya berempat, dan kami sudah kesiangan dan kami ketinggalan kapal. Tak ada lagi kapal yang berangkat ke pulau sebab laut sudah pasang. Untungnya kami mendapat alternative lain untuk berangkat ke pulau, yaitu menaiki speedboat. Tapi speedboat baru akan berangkat jam 1 siang. Jadi kami harus bersedia menunggu 5 jam kemudian.

Sembari menunggu, kami mempersiapkan perbekalan untuk camping, kebetulan kami belum mempersiapkannya sama sekali. Setelah membuat list apa saja yang harus di beli, ersa dan temannya pergi ke pasar, kebetulan di dekat pelabuhan ada pasar.
Otak-otak, ntah kenapa itulah yang paling ingin kami beli, tapi ntah kenapa susah sekali menemukannya. di pasar tidak ada, di tempat biasa pembuatan otak-otak pun tidak ada, sampai kami menyusuri perkampungan warga otak-otak tak juga di temukan. Tempat pembuatan otak-otaknya lagi tutup. Kami hampir putus asa, untungnya saat ingin shalat dzuhur kami melewati warung-warung yang ada di dekat masjid, dan disana ada penjual otak-otak. Oh otak-otak akhirnya kami menemukan mu.

Saat menaiki speedboat kami diwajibkan menggenakan rompi pelampung untuk keselamatan. biaya yang harus kami keluarkan sekitar Rp. 55.000 tapi itu tidak langsung ke semak daun, kami harus ikut mengantar penumpang lainnya kepulau tujuan masing-masing. Ada yang ke pulau kelor, pari dan harapan.  Ternyata menaiki speedboad tidaklah seenak yang dilihat dari luar, dulu saat aku melihat speedboat melintas dihadapanku, aku berfikir kalau naik speedboat itu pasti menyenangkan. Tapi kenyataannya saat speedboat melawan ombak, getarannya begitu amat sangat terasa. Oh, jika aku ibu hamil, mungkin saja aku sudah  keguguran disitu.

Suasana dalam speadboad


Setelah 1,5 jam terombang ambing dilautan, merasakan getaran dan guncangan yang sangat dahsyat, akhirnya kami sampai juga di pulau pramuka. Oh ya, untuk ke pulau semak daun kami harus ke pramuka dulu. Dari Pramuka kami melanjutkan perjalanan dengan menaiki perahu. Perahu di sewa dari penduduk sekitar dengan tarif Rp. 350.000 itu sudah pulang pergi Pramuka-Semak Daun, kalaupun kami mau snorkling, bapak perahunya bisa saja mengantarkan kami ke spot snorkeling.
tiba di pulau pramuka


pengen jadi anak gunung, tapi malah nyasar ke lauut :p
perjalanan ke semak daun
perjalanan menghadapi matahari yang sedang terik-teriknya


Sebenarnya 350.000 itu terlalu mahal jika hanya kami berempat yang menaiki perahunya, beruntung kami ada barengan 3 orang backpacker dari Jakarta juga, jadi 350rb itu di bagi 6 dehh..
Sampai di semak daun sudah jam 5 sore, setelah melakukan izin untuk bermalam di semak daun, segera kami mendirikan tenda dan mengeluarkan semua persiapan camping, oh tidak terasa matahari akan segera tenggelam. Hunting sunset tidak boleh terlewatkan. Jadilah urusan pendirian tenda dan lainnya cowocowo yang mengerjakan, ciwiciwinya mau narsisan dulu sama matahari tenggelam hehe..
di belakang sana, dermaganya semak daun.

akhirnya bisa lihat yang beginian secara langsungg...
love sunset :*


Malampun tiba, hanya ada satu rumah disini, dan listrikpun hanya ada di rumah itu, sementara kami yang di tenda, hanya ditemani dengan 3 buah senter sebagai sumber cahaya kami. Tidak ada televisi sebagai hiburan, tapi ada banyak yang bermain gitar di sana, sesama backpacker yang bermalam di semak daun, sementar kami, kami tak bawa gitar, tapi kami punya kartu dan otak-otak.

Kami menghabiskan malam dengan bermain kartu, siapa yang kalah dia harus makan sajian makan malam kami yang tidak habis. Bukan karna tidak enak, tapi mungkin karna sudah terlalu kenyang saja, lauk kami adalah abon sapi dan otak-otak. Sudah pasti enak rasanya. Jadi mau tak mau bagi yang kalah bermain kartu, harus makan sesuap nasi yang tidak habis itu, lagian, bukankah tidak boleh membuang-buang makanan?

Ersa bilang, kalau semakin malam, langit akan semakin indah, bintang-bintang akan bermunculan, apalagi kalau tengah malam. Aku ingin bergadang, tapi aku merasa lebih baik tidur dulu nanti tengah malam baru bangun, perkiraan ku di pantai itu akan terasa dingin, apalagi kalau tengah malam. Angin laut pasti terasa dingiin.. itu fikiranku.

 Tapi didalam tenda, aku tidak bisa tidur karena merasa gerah. Aku mendengar debur ombak yang sangat besar seakan tsunami akan datang, cowocowo belum tidur, ternyata  mereka sedang sibuk mengikat terpal diatas tenda, karna hujan sudah tiba. Bukan hujan sih,, gerimis lebih tepatnya. Tak ada bintang, tak ada rembulan, hanya kegerahan dan kengerian akan datangnya tsunami yang menemani malam itu. Tapi yah sedikit terhibur oleh alunan music yang keluar dari hp ersa.

Aku pernah ke pulau tidung, dan aku bisa mandi disana. Sekarang aku ada di semak daun, pulau kecil yang dihuni oleh sebuah rumah. Air, tidak air disini. Walau pulau ini dikelilingi oleh berliter-liter air tapi tak sedikitpun yang bisa digunakan. Asiin semua terasa asin dan lengket. Di semak daun ini, sumber airnya adalah sumur bor, tapi walaupun sumur bor tetap saja airnya terasa asin. Jangankan untuk mandi, untuk cuci muka pun tak bisa, sabunnya tak bisa menghasilkan busa busa, sikat gigipun rasanya percuma.

Minggu pagi, aku tidak bisa melihat matahari terbit, lagi-lagi lagitnya memghalangi cahaya mentari, minggu pagi aku hanya bisa melihat orang-orang yang mandi di laut lepas, melihat orang bermesraan dengan kekasihnya dan aku lebih baik melihat si biru sedang menyatu. Horizon horizon horizon sejauh mata memandang hanya ada biru, biru dan biru hanya ada setitik coklat disana, ntah pulau apa namanya.
view pagi hari di depan tenda
semak daun di pagi hari
wajah mulai exotis karna perjalanan kmariin
si biru lagi menyatu

Jam 8 kami di jemput oleh perahu kemarin, yah tanpa snorkeling karna tidak akan keburu, kalau kami ketinggalan kapal lagi, kami baru akan bisa pulang hari senin. Berat rasanya meninggalkan pulau semak daun, aku ingin setiap hari melihat si biru dan si ijo tosca. Tapi aku gak tahan juga kalau tidak mandi berhari-hari. Jadi lebih baik aku pulang aja deh..

buat kenangan dulu sebelum meninggalkan semak daun

Sama seperti kemarin, kami harus ke pulau pramuka dulu, tapi karna kapal belum datang kami memutuskan untuk berkeliling pulau pramuka saja. Di pulau pramuka ada tempat penangkaran penyu dan konservasi mangrove. Di pulau pramuka ini hampir sama dengan pulau tidung yang pulaunya di huni oleh banyak penduduk, bahkan di pulau pramuka inilah pusat pemerintahan kabupaten administrasi kepulauan seribu.
mari berkeliling pulau pramuka >,<


Kapalpun datang dan kamipun naik, ntah kenapa kapal yang kami naiki ini penuh, ntah dari mana orang-orang ini datang, kami mencari lapak di lantai dua kapal, dekat dengan tangga. Sungguh sesak dan panas, kami mengalihkan ketidaknyamanan kami dengan bermain kartu dan memakan sisa sisa jajanan kami yang masih tersisa. Tapi ternyata perjalanan masih panjang, dan kami sudah bosan bermain kartu dan makan.


Akhirnya teman ersa pergi ntah kemana mencari udara segar mungkin, walau matahari diluar sedang terik-teriknya. Ersa dan winda lebih memilih untuk saling bermesraan. Sungguh menyebalkan melakukan hal itu didepan orang yang sedang patah cinta. Aku memilih tidur, mengumpulkan tenaga untuk perjalanan ke bandung nanti sore. Walau sebenarnya aku tak bisa tidur, tapi setidaknya aku mengistirahatkan tubuhku. 


maka nikmat tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?
bersyukur bisa diberikan kesempatan mengunjungi pulau seindah ini.

No comments:

Post a Comment

Orangtuaku (Keluarga) - Writing Challenge (5/30)

ilustrasi keluarga Keluarga biasanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluargaku bisa dibilang tidak biasa, ada beberapa keluarga yang dija...