Sakit hati karna cinta memang menyakitkan,
Sebab aku sakit hati, tak usalah di ceritakan karena
itu hanyalah cerita dua orang yang saling gengsi dan egois.
Saat itu libur natal, aku berkunjung ke rumah teman
di Jakarta. 3 orang anak gadis tidur bersama, sebelum tidur apalagi yang
dilakukan kalau tidak saling curhat. dari cerita kedua temanku aku tahu bahwa
aku telah di khiyanati.
Temanku itu, winda dan dila namanya. Kebetulan saat
itu winda di ajak oleh pacarnya camping ke pulau, katanya sih ramai-ramai. Jadi
winda mengajakku agar bisa menemaninya. Sementara Dila, dia sama saja sepertiku
sebelum kerja dulu. Untuk bisa pergi keluar rumah saja susahnya minta ampun,
apalagi kalau harus menginap.
Karna aku sedang di rundung ke galauan, dan winda
menjanjikan padaku kalau dengan pergi ke pulau bisa menghilangkan kegalauan ku,
maka aku ikut saja.Walau saat itu adalah akhir bulan. Keuangan sudah sesak-sesaknya
..Yah biarkan sajalah...
Sabtu pagi kami kumpul di haltebus grogol harusnya
jam 06.00 tapi tak ada yang datang, aku dan winda sudah menunggu hampir
setengah jam akhirnya pacar winda datang Ersa namanya, setengah jam berikutnya
tak ada juga yang datang, hanya ada 1 orang teman ersa yang datang. Teman yang
lainnya tidak jelas keberadaannya. Mungkin karena ini adalah acara dadakan jadi
mereka belum siap.
Akhirnya kami pergi hanya berempat, dan kami sudah
kesiangan dan kami ketinggalan kapal. Tak ada lagi kapal yang berangkat ke
pulau sebab laut sudah pasang. Untungnya kami mendapat alternative lain untuk
berangkat ke pulau, yaitu menaiki speedboat. Tapi speedboat baru akan berangkat
jam 1 siang. Jadi kami harus bersedia menunggu 5 jam kemudian.
Sembari menunggu, kami mempersiapkan perbekalan
untuk camping, kebetulan kami belum mempersiapkannya sama sekali. Setelah
membuat list apa saja yang harus di beli, ersa dan temannya pergi ke pasar,
kebetulan di dekat pelabuhan ada pasar.
Otak-otak, ntah kenapa itulah yang paling ingin kami
beli, tapi ntah kenapa susah sekali menemukannya. di pasar tidak ada, di tempat
biasa pembuatan otak-otak pun tidak ada, sampai kami menyusuri perkampungan
warga otak-otak tak juga di temukan. Tempat pembuatan otak-otaknya lagi tutup.
Kami hampir putus asa, untungnya saat ingin shalat dzuhur kami melewati
warung-warung yang ada di dekat masjid, dan disana ada penjual otak-otak. Oh
otak-otak akhirnya kami menemukan mu.
Saat menaiki speedboat kami diwajibkan menggenakan
rompi pelampung untuk keselamatan. biaya yang harus kami keluarkan sekitar Rp.
55.000 tapi itu tidak langsung ke semak daun, kami harus ikut mengantar
penumpang lainnya kepulau tujuan masing-masing. Ada yang ke pulau kelor, pari
dan harapan. Ternyata menaiki speedboad
tidaklah seenak yang dilihat dari luar, dulu saat aku melihat speedboat
melintas dihadapanku, aku berfikir kalau naik speedboat itu pasti menyenangkan.
Tapi kenyataannya saat speedboat melawan ombak, getarannya begitu amat sangat
terasa. Oh, jika aku ibu hamil, mungkin saja aku sudah keguguran disitu.
![]() |
Suasana dalam speadboad |
Setelah 1,5 jam terombang ambing dilautan, merasakan
getaran dan guncangan yang sangat dahsyat, akhirnya kami sampai juga di pulau
pramuka. Oh ya, untuk ke pulau semak daun kami harus ke pramuka dulu. Dari Pramuka kami
melanjutkan perjalanan dengan menaiki perahu. Perahu di sewa dari penduduk
sekitar dengan tarif Rp. 350.000 itu sudah pulang pergi Pramuka-Semak Daun,
kalaupun kami mau snorkling, bapak perahunya bisa saja mengantarkan kami ke
spot snorkeling.
![]() |
tiba di pulau pramuka |
![]() |
pengen jadi anak gunung, tapi malah nyasar ke lauut :p |
![]() |
perjalanan ke semak daun |
![]() |
perjalanan menghadapi matahari yang sedang terik-teriknya |
Sebenarnya 350.000 itu terlalu mahal jika hanya kami
berempat yang menaiki perahunya, beruntung kami ada barengan 3 orang backpacker
dari Jakarta juga, jadi 350rb itu di bagi 6 dehh..
Sampai di semak daun sudah jam 5 sore, setelah
melakukan izin untuk bermalam di semak daun, segera kami mendirikan tenda dan
mengeluarkan semua persiapan camping, oh tidak terasa matahari akan segera
tenggelam. Hunting sunset tidak boleh terlewatkan. Jadilah urusan pendirian
tenda dan lainnya cowocowo yang mengerjakan, ciwiciwinya mau narsisan dulu sama
matahari tenggelam hehe..
![]() |
di belakang sana, dermaganya semak daun. |
![]() |
akhirnya bisa lihat yang beginian secara langsungg... |
![]() |
love sunset :* |
Malampun tiba, hanya ada satu rumah disini, dan listrikpun
hanya ada di rumah itu, sementara kami yang di tenda, hanya ditemani dengan 3
buah senter sebagai sumber cahaya kami. Tidak ada televisi sebagai hiburan, tapi ada banyak yang
bermain gitar di sana, sesama backpacker yang bermalam di semak daun, sementar
kami, kami tak bawa gitar, tapi kami punya kartu dan otak-otak.
Kami menghabiskan malam dengan bermain kartu, siapa
yang kalah dia harus makan sajian makan malam kami yang tidak habis. Bukan
karna tidak enak, tapi mungkin karna sudah terlalu kenyang saja, lauk kami adalah
abon sapi dan otak-otak. Sudah pasti enak rasanya. Jadi mau tak mau bagi yang
kalah bermain kartu, harus makan sesuap nasi yang tidak habis itu, lagian,
bukankah tidak boleh membuang-buang makanan?
Ersa bilang, kalau semakin malam, langit akan
semakin indah, bintang-bintang akan bermunculan, apalagi kalau tengah malam.
Aku ingin bergadang, tapi aku merasa lebih baik tidur dulu nanti tengah malam
baru bangun, perkiraan ku di pantai itu akan terasa dingin, apalagi kalau
tengah malam. Angin laut pasti terasa dingiin.. itu fikiranku.
Tapi didalam
tenda, aku tidak bisa tidur karena merasa gerah. Aku mendengar debur ombak yang
sangat besar seakan tsunami akan datang, cowocowo belum tidur, ternyata mereka sedang sibuk mengikat terpal diatas
tenda, karna hujan sudah tiba. Bukan hujan sih,, gerimis lebih tepatnya. Tak
ada bintang, tak ada rembulan, hanya kegerahan dan kengerian akan datangnya
tsunami yang menemani malam itu. Tapi yah sedikit terhibur oleh alunan music
yang keluar dari hp ersa.
Aku pernah ke pulau tidung, dan aku bisa mandi
disana. Sekarang aku ada di semak daun, pulau kecil yang dihuni oleh sebuah
rumah. Air, tidak air disini. Walau pulau ini dikelilingi oleh berliter-liter
air tapi tak sedikitpun yang bisa digunakan. Asiin semua terasa asin dan
lengket. Di semak daun ini, sumber airnya adalah sumur bor, tapi walaupun sumur
bor tetap saja airnya terasa asin. Jangankan untuk mandi, untuk cuci muka pun
tak bisa, sabunnya tak bisa menghasilkan busa busa, sikat gigipun rasanya
percuma.
Minggu pagi, aku tidak bisa melihat matahari terbit,
lagi-lagi lagitnya memghalangi cahaya mentari, minggu pagi aku hanya bisa
melihat orang-orang yang mandi di laut lepas, melihat orang bermesraan dengan
kekasihnya dan aku lebih baik melihat si biru sedang menyatu. Horizon horizon
horizon sejauh mata memandang hanya ada biru, biru dan biru hanya ada setitik
coklat disana, ntah pulau apa namanya.
![]() |
view pagi hari di depan tenda |
![]() |
semak daun di pagi hari |
![]() |
wajah mulai exotis karna perjalanan kmariin |
![]() |
si biru lagi menyatu |
Jam 8 kami di jemput oleh perahu kemarin, yah tanpa
snorkeling karna tidak akan keburu, kalau kami ketinggalan kapal lagi, kami
baru akan bisa pulang hari senin. Berat rasanya meninggalkan pulau semak daun,
aku ingin setiap hari melihat si biru dan si ijo tosca. Tapi aku gak tahan juga
kalau tidak mandi berhari-hari. Jadi lebih baik aku pulang aja deh..
![]() |
buat kenangan dulu sebelum meninggalkan semak daun |
Sama seperti kemarin, kami harus ke pulau pramuka
dulu, tapi karna kapal belum datang kami memutuskan untuk berkeliling pulau
pramuka saja. Di pulau pramuka ada tempat penangkaran penyu dan konservasi
mangrove. Di pulau pramuka ini hampir sama dengan pulau tidung yang pulaunya di
huni oleh banyak penduduk, bahkan di pulau pramuka inilah pusat pemerintahan
kabupaten administrasi kepulauan seribu.
![]() |
mari berkeliling pulau pramuka >,< |
Kapalpun datang dan kamipun naik, ntah kenapa kapal
yang kami naiki ini penuh, ntah dari mana orang-orang ini datang, kami mencari
lapak di lantai dua kapal, dekat dengan tangga. Sungguh sesak dan panas, kami
mengalihkan ketidaknyamanan kami dengan bermain kartu dan memakan sisa sisa
jajanan kami yang masih tersisa. Tapi ternyata perjalanan masih panjang, dan
kami sudah bosan bermain kartu dan makan.
Akhirnya teman ersa pergi ntah kemana mencari udara
segar mungkin, walau matahari diluar sedang terik-teriknya. Ersa dan winda
lebih memilih untuk saling bermesraan. Sungguh menyebalkan melakukan hal itu
didepan orang yang sedang patah cinta. Aku memilih tidur, mengumpulkan tenaga
untuk perjalanan ke bandung nanti sore. Walau sebenarnya aku tak bisa tidur,
tapi setidaknya aku mengistirahatkan tubuhku.
![]() |
maka nikmat tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ? bersyukur bisa diberikan kesempatan mengunjungi pulau seindah ini. |
No comments:
Post a Comment