Sunday, April 15, 2018

karena liburan memang membuang waktu


Hari ini aku bersemangat karena hari ini adalah perjalanan pertama ku ke Jawa menggunakan kereta. Sebelumnya aku tak pernah membeli tiket jauh hari, karena aku tipe orang yang  membiarkan segalanya berjalan seperti air mengalir. Tapi karena kali ini aku naik kereta, maka mau tak mau aku harus cari tiket jauh hari. Itu pun setelah kehabisan tiket beberapa kali.

Aku membeli tiket kereta ekonomi, selain harganya yang pas, jadwal keberangkatannya juga pas denganku. Di gerbong aku berhadapan dengan satu keluarga yang harmonis asal Sulawesi, mereka mau berangkat kondangan ke Madiun. Di sebelahku ada 2 orang wisatawan yang mau ke Yogya, yang satu baru pertama kali naik kereta dan mengaku kapok. Yah maklum saja ini kereta ekonomi, dan temannya yang satu mencoba menenangkan temannya yang manja.


Cipeundeuy dan penjual yang berteriak
Namanya juga kelas Ekonomi, kalau kata bapak-bapak yang ada di hadapanku merupakan kelas yang banyak mengalah, waktu perjalanan menjadi lama karena kereta harus berhenti dulu membiarkan kelas exekutif lewat. dari awal keberangkatan aja waktunya sudah molor, karena harus menunggu kereta lain lewat dulu. tapi hal yang unik aku rasakan saat berhenti di stasiun Cipeundeuy, sangat riuh dan ramai padahal sedang tengah malam. ternyata banyak para penjual yang berteriak di luar pagar menjajakan jualannya. yah semenjak KAI berganti pimpinan para pedagang sudah tidak bebas lagi keluar masuk stasiun.

Aku sampai di Purwosari jam 4 kurang. Sebenarnya setelah sampai pun aku bingung mau kemana. Tia, teman yang aku datangi untuk menginap dan juga teman jalan ada jam kuliah nanti siang jam 1. Aku sih pengennya hari ini ke taman sari juga candi ratu boko, lalu ke esokan harinya ke pantai lalu pulang. Tapi yah namanya manusia, bisanya hanya berencana.

Jam 4.17 tadi Tia sudah wa bilang aku jangan kemana-mana pertanda dia akan menjemput ku di stasiun. Aku sudah keluar dari musallah dan memutuskan memprint tiket pulang ku agar saat pulang tidak bingung lagi sehingga sekalian saja aku menunggu Tia di tempat keberangkatan.

Tak lama Tia pun datang, ternyata dia bersama adiknya. Jalanan solo pukul 4.30 masih sepi, sehingga kami hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai di rumah Tia. Tia tinggal berdua bersama adiknya. Rumah yang saat ini mereka tempati merupakan bagian dari ayahnya, sedangkan rumah adik dan kakak ayah Tia ada di kanan kiri rumah mereka. Ayah Tia sendiri saat ini ada di Rantauprapat bersama istrinya yang juga guru SMA ku. Mereka hanya tinggal berdua disana, saat lulus Tia berencana menemani mereka karena adik Tia, walau sudah lulus, ia tak mau balik ke Rantauprapat. Dia sudah ada tambatan hati di solo.


Sekitar jam 6 kami mencari sarapan. Tia mengajak makan nasi liwet solo aku pun tertarik mencoba karena belum pernah coba walau sudah lumayan sering ke Jawa. Nasi Liwet Solo berbeda dengan nasi Liwet yang ada di Bandung, karena nasi liwet Solo ini menggunakan santan sebagai toping. Menunya sederhana saja nasi, pepaya muda/waluh, dan ayam/ telur. Porsinya yang seperti angkringan/nasi kucing, aku kira tak akan terlalu mahal. Dengan teh manis dan teh tawar sarapan kami dihargai 30rb. Ntah berdasarkan apa perkiraan nya aku pun tak bertanya lebih lanjut seporsi dikenakan biaya berapa karena saat kami baru duduk si ibu penjual sudah bersemangat sekali bercerita, dia kenal dengan Tia lalu bercerita dia sudah bekerja dari tahun 93, anaknya yang juga kuliah di UNS jurusan matematika dan juga sedang mengikuti olimpiade, cerita dalam 5 tahun dia punya 3 anak dan sebagainya....

Sebenarnya kondisi seperti ini adalah kesalahan dua belah pihak. Harusnya sebelum transaksi harus ada akad dulu, tawar-menawar mengenai harga. Seharusnya sebelum makan kami tanya dulu harga makanannya berapa agar tak ada lagi merasa dirugikan.


menara keraton yang ku kagumi

Sultan Paku Buwono
14.19 aku sedang menunggu Tia selesai kelas, tadi sehabis makan kami tidur lalu Tia menyelesaikan tugasnya, mampir ke keraton solo sebentar langsung menuju kampus. Rencananya pulang kelas kami akan ke candi ratu Boko ingin melihat sunset, yah semoga saja keindahan sunset bisa terlihat. Langit sudah mulai mendung, dan Tia tak kunjung keluar dari kelasnya. Jadilah Sabtu ini aku disibukkan dengan menunggu. Sebenarnya ada motor yang bisa ku pakai kubawa kemana saja. Tapi aku sedang tiada rencana. sebenarnya ada terbesit rencana ingin ke keraton solo yang satu lagi, jujur tadi saat di keraton aku belum puas mengulik, tapi hal itu aku urungkan.


parkiran kampus Tia

Jam 3 harusnya Tia sudah selesai kelas, tapi ternyata dia baru selesai jam 5 sore. aku sempat berjalan-jalan di kampus sebentar, melewati parkiran yang tak boleh mobil parkir sembarangan kecuali itu memang parkiran khusus untuk mobil dosen. aneh memang, ntah kenapa aku tak suka dengan ini. setelah Tia selesai kami lalu makan, mampir ke night market solo yang ada di Jl Diponegoro yang hanya buka pada saat malam minggu. di situ ada pasar antic Triwindu namun sayang saat kami kesana pasarnya sudah tutup tapi di night market juga sebenernya menyediakan barang antic lainnya.

Setelah aku menyelesaikan misiku membeli oleh-oleh dan juga kado, kami balik lagi ke UMS untuk mengambil laptop Tia yang sedang diperbaiki lalu balik lagi ke rumah yang ada di solo baru. Malam ini aku harus istirahat yang cukup karena besok kami akan main seharian. Akan main ke pantai lalu ke candi Ratu Boko.

Namun sayang, saat bangun tidur hujan turun dengan syahdu bikin mager dan ingin tiduran saja. Akankah liburan ke pantai ku akan gagal juga ?
Tia menyuruhku untuk mandi, hari ini perjalanan kami harus tetap jadi. Dia merasah bersalah rupanya karena kemarin telah membiarkanku menunggu. Beruntung perjalanan kami menggunakanj mobil dengan adik Tia sebagai supir, sepanjang jalan Tia sepertinya tidur, beruntung adik Tia juga tidak ikutan tidur.


pantai Gesing sebelum gerimis semakin besar


berteduh di sebelah tebing

Akhirnya kami sampai di Pantai Gesing dengan lama perjalanan 2 jam lebih dan tiket masuk 4rb per orang. Hujan masih turun padahal tadi ditengah jalan sempat berhenti. Tapi kami sudah di pantai maka kami harus menyentuh airnya dan menikmati pemandangannya. Namun ternyata hujan semakin lebat memaksa kami harus berteduh.
Sambil berteduh di sebelah tebing, kami memakan cemilan yang kami bawa, melihat wisatawan yang mandi membuat ingin mandi juga, tapi pasti akan merepotkan nantinya.


banyak bangkai ikan bertaburan di pantai :(
Pantai Gesing ini memang pantai bagi para nelayan karena air lautnya yang tenang cocok untuk melabuhkan perahu. Tadi saat menuju pantai aku melihat banyak bangkai ikan yang bertebaran di pasir. Aku kurang tau juga mereka mengambil ikan menggunakan apa. Tapi aku merasa mubajir melihat ikan mati bertebaran seperti itu L

tempat pelelangan yang tak jauh dari pantai

Tak jauh dari pantai ada tempat pelelangan ikan, jadi ikan yang di bawa nelayan langsung di jual disitu. Oh ya untuk melabuhkan perahu para nelayan menggunakan truk untuk menarik perahu ke pantai. Jadi saat ada nelayan yang baru datang, orang-orang yang sedang duduk-duduk di warung dekat pelelangan ikan akan membantu menarik perahu ke darat.

Kemudian kami merasa dingin, karena tak terasa air hujan sudah membuat kami basah. Maka kami memutuskan mencari warung untuk menghangatkan diri. Kalau yang aku lihat, Gesing mempunyai 2 zona untuk menikmati pantai. Zona pertama tempat nelayan pulang melaut, air nya yang tenang membuat tidak takut untuk berenang. Kemudian zona yang kedua berada sedikit ke atas, tempat melihat deburan ombak dari ketinggian tebing. Zona ke dua ini lebih cocok untuk wisata selfie.

pemandangan dari atas warung

Kembali ke mencari warung, akhirnya kami putuskan untuk di tengah-tengah tapi pemandangan yang lebih terlihat adalah zona pertama. Karena masih hujan, aku tak mengapa kalau menghabiskan waktu di pantai Gesing saja, namun insting ku berkata hujan akan reda setelah kami tiba di kota. Membuang waktu di pantai Gesing dirasa sudah cukup.

Maka jam 11 kami bergerak ke Candi Ratu Boko, butuh satu setengah jam untuk tiba di sana Tia seperti biasa tidur, dan adik Tia hampir saja tertidur karena jalan yang mulus dan berkelak-kelok memang membuat mengantuk.


kirain gak akan sampai sini 

Untuk bisa masuk ke candi Ratu Boko kami harus merogoh kocek 40rb/ orang dan parkir mobil 10rb. Setelah melewati pintu masuk ada beberapa tempat selfie dengan hiasan love. Tadi juga waktu di pantai ada tempat selfie dengan hiasan love, tak cuman di dua tempat itu, di setiap tempat wisata selfie pasti ada hiasan love. Dimana-mana ada love, benarkah ?

dimana-mana ada love B)
Sebelum masuk gerbang candi, ada tulisan Keraton Candi Ratu Boko kenapa keraton ? karena candi ratu book ini tidak seperti candi-candi lainnya yang ada di pulau jawa yang fungsinya lebih ke agama/tempat ibadah. Ratu boko lebih seperti kompleks istana yang sangat luas. Ada pendopo, paseban, Goa juga tempat pemandian. Tia sampai kesulitan membayangkan bagaimana kehidupan raja pada jaman dahulu, dengan istana yang begitu luas ini. Aku sih mikir nya wajar saja seluas ini karena dulu pasti penduduk tak sebanyak sekarang, belum ada hotel juga mall. Sekarang aja punya rumah tapak Alhamdulillah, tinggal di kosan yang luasnya 2x3 saja harus membayar 600rb/ bulan.
Lho, kok jadi curhat yah *tepokjidat*

tempat mandinya aja seluas ini bro !
Jam 2 kita balik ke Solo yah, karena aku sudah beli tiket pulang yang keberangkatannya dari Purwosari jam 5 sore. Sebenarnya aku juga bingung sih kemarin mau beli tiket pulang dari mana. Dari Yogya atau Solo. Dan aku mutusin Solo aja agar aku dan Tia sama-sama pulang. Tapi karena aku milih Solo jadinya kami tidak bisa berlama-lama di Yogya.

Jam 2 kami masih di Boko, masih belum puas mengulik candi juga berfoto ria. Rasanya belum semua terjelajah akhirnya 2.30 kami pulang juga dengan berat hati. Beruntung jam 4 kami sudah sampai di stasiun masih ada waktu satu jam lima belas menit, dan kami makan siang dulu dengan nasi soto kari yang ada di sebelah stasiun. Ada jual rujak serut juga terus rujaknya di kasih es. Aku pengen belii tapi masih kenyang banget dan pasti ribet kalo makan di kereta.


Perjalanan pulang kali ini aku tak begitu nyaman karena disebelahku seorang pria. Kemudian saat di Lempuyang kereta semakin penuh dengan para wisatawan tapi yang paling bikin gak nyaman banyaknya emak-emak rempong yang berisik. Duhh aku nanti tua kaya mereka juga gak yah ? L

Aku sampai Bandung lebih pagi sekitar jam 3 memesan gojek lalu pulang ke kos.
Perjalanan ke Solo ku kali ini memang kegiatan yang membuang waktu, pergi tidak begitu niat karena merasa ada kewajiban saja, tidak ada planning A, B, C hanya mengikuti keinginan saja.tapi jika bisa memanfaatkan waktu dan keadaan sebenarnya aku bisa dapat lebih dari sekedar membuang waktu. Lain kali, aku harus menjadi ikan salmon yang berenang melawan arus. Aku harus bisa mengendalikan keadaan seperti yang ku mau, bukan malah keadaan yang mengendalikan aku.




No comments:

Post a Comment

Orangtuaku (Keluarga) - Writing Challenge (5/30)

ilustrasi keluarga Keluarga biasanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluargaku bisa dibilang tidak biasa, ada beberapa keluarga yang dija...