Hari ini aku
bersemangat karena hari ini adalah perjalanan pertama ku ke Jawa menggunakan
kereta. Sebelumnya aku tak pernah membeli tiket jauh hari, karena aku tipe
orang yang membiarkan segalanya berjalan
seperti air mengalir. Tapi karena kali ini aku naik kereta, maka mau tak mau aku
harus cari tiket jauh hari. Itu pun setelah kehabisan tiket beberapa kali.
Aku membeli tiket
kereta ekonomi, selain harganya yang pas, jadwal keberangkatannya juga pas
denganku. Di gerbong aku berhadapan dengan satu keluarga yang harmonis asal
Sulawesi, mereka mau berangkat kondangan ke Madiun. Di sebelahku ada 2 orang
wisatawan yang mau ke Yogya, yang satu baru pertama kali naik kereta dan mengaku
kapok. Yah maklum saja ini kereta ekonomi, dan temannya yang satu mencoba
menenangkan temannya yang manja.
Namanya juga kelas Ekonomi, kalau kata bapak-bapak yang ada di hadapanku merupakan kelas yang banyak mengalah, waktu perjalanan menjadi lama karena kereta harus berhenti dulu membiarkan kelas exekutif lewat. dari awal keberangkatan aja waktunya sudah molor, karena harus menunggu kereta lain lewat dulu. tapi hal yang unik aku rasakan saat berhenti di stasiun Cipeundeuy, sangat riuh dan ramai padahal sedang tengah malam. ternyata banyak para penjual yang berteriak di luar pagar menjajakan jualannya. yah semenjak KAI berganti pimpinan para pedagang sudah tidak bebas lagi keluar masuk stasiun.
![]() |
Cipeundeuy dan penjual yang berteriak |
Aku sampai di Purwosari
jam 4 kurang. Sebenarnya setelah sampai pun aku bingung mau kemana. Tia, teman
yang aku datangi untuk menginap dan juga teman jalan ada jam kuliah nanti siang
jam 1. Aku sih pengennya hari ini ke taman sari juga candi ratu boko, lalu ke
esokan harinya ke pantai lalu pulang. Tapi yah namanya
manusia, bisanya hanya berencana.
Jam 4.17 tadi Tia sudah
wa bilang aku jangan kemana-mana pertanda dia akan menjemput ku di stasiun. Aku
sudah keluar dari musallah dan memutuskan memprint tiket pulang ku agar saat
pulang tidak bingung lagi sehingga sekalian saja aku menunggu Tia di tempat keberangkatan.
Tak lama Tia pun
datang, ternyata dia bersama adiknya. Jalanan solo pukul 4.30 masih sepi,
sehingga kami hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai di rumah Tia. Tia
tinggal berdua bersama adiknya. Rumah yang saat ini mereka tempati merupakan
bagian dari ayahnya, sedangkan rumah adik dan kakak ayah Tia ada di kanan kiri
rumah mereka. Ayah Tia sendiri saat ini ada di Rantauprapat bersama istrinya
yang juga guru SMA ku. Mereka hanya tinggal berdua disana, saat lulus Tia
berencana menemani mereka karena adik Tia, walau sudah lulus, ia tak mau balik
ke Rantauprapat. Dia sudah ada tambatan hati di solo.
Sekitar jam 6 kami
mencari sarapan. Tia mengajak makan nasi liwet solo aku pun tertarik mencoba
karena belum pernah coba walau sudah lumayan sering ke Jawa. Nasi Liwet Solo berbeda dengan nasi Liwet yang ada di Bandung, karena nasi liwet Solo ini menggunakan santan sebagai toping. Menunya sederhana
saja nasi, pepaya muda/waluh, dan ayam/ telur. Porsinya yang seperti
angkringan/nasi kucing, aku kira tak akan terlalu mahal. Dengan teh manis dan
teh tawar sarapan kami dihargai 30rb. Ntah berdasarkan apa perkiraan nya aku
pun tak bertanya lebih lanjut seporsi dikenakan biaya berapa karena saat kami
baru duduk si ibu penjual sudah bersemangat sekali bercerita, dia kenal dengan Tia lalu bercerita dia sudah
bekerja dari tahun 93, anaknya yang juga kuliah di UNS jurusan matematika dan
juga sedang mengikuti olimpiade, cerita dalam 5 tahun dia punya 3 anak dan
sebagainya....
Sebenarnya kondisi
seperti ini adalah kesalahan dua belah pihak. Harusnya sebelum transaksi harus
ada akad dulu, tawar-menawar mengenai harga. Seharusnya sebelum makan kami
tanya dulu harga makanannya berapa agar tak ada lagi merasa dirugikan.
![]() |
menara keraton yang ku kagumi |
![]() |
Sultan Paku Buwono |
![]() |
parkiran kampus Tia |
Jam 3 harusnya Tia
sudah selesai kelas, tapi ternyata dia baru selesai jam 5 sore. aku sempat berjalan-jalan di kampus sebentar, melewati parkiran yang tak boleh mobil parkir sembarangan kecuali itu memang parkiran khusus untuk mobil dosen. aneh memang, ntah kenapa aku tak suka dengan ini. setelah Tia selesai kami lalu
makan, mampir ke night market solo yang ada di Jl Diponegoro yang hanya buka
pada saat malam minggu. di situ ada pasar antic Triwindu namun sayang saat kami
kesana pasarnya sudah tutup tapi di night market juga sebenernya menyediakan
barang antic lainnya.
Setelah aku
menyelesaikan misiku membeli oleh-oleh dan juga kado, kami balik lagi ke UMS
untuk mengambil laptop Tia yang sedang diperbaiki lalu balik lagi ke rumah yang
ada di solo baru. Malam ini aku harus istirahat yang cukup karena besok kami
akan main seharian. Akan main ke pantai lalu ke candi Ratu Boko.
Namun sayang, saat
bangun tidur hujan turun dengan syahdu bikin mager dan ingin tiduran saja.
Akankah liburan ke pantai ku akan gagal juga ?
Tia menyuruhku untuk
mandi, hari ini perjalanan kami harus tetap jadi. Dia merasah bersalah rupanya
karena kemarin telah membiarkanku menunggu. Beruntung perjalanan kami menggunakanj
mobil dengan adik Tia sebagai supir, sepanjang jalan Tia sepertinya tidur,
beruntung adik Tia juga tidak ikutan tidur.
Akhirnya kami sampai di Pantai Gesing dengan lama perjalanan 2 jam lebih dan tiket masuk 4rb per orang. Hujan masih turun padahal tadi ditengah jalan sempat berhenti. Tapi kami sudah di pantai maka kami harus menyentuh airnya dan menikmati pemandangannya. Namun ternyata hujan semakin lebat memaksa kami harus berteduh.
![]() |
pantai Gesing sebelum gerimis semakin besar |
![]() |
berteduh di sebelah tebing |
Akhirnya kami sampai di Pantai Gesing dengan lama perjalanan 2 jam lebih dan tiket masuk 4rb per orang. Hujan masih turun padahal tadi ditengah jalan sempat berhenti. Tapi kami sudah di pantai maka kami harus menyentuh airnya dan menikmati pemandangannya. Namun ternyata hujan semakin lebat memaksa kami harus berteduh.
Sambil berteduh di
sebelah tebing, kami memakan cemilan yang kami bawa, melihat wisatawan yang
mandi membuat ingin mandi juga, tapi pasti akan merepotkan nantinya.
Pantai
Gesing ini memang pantai bagi para nelayan karena air lautnya yang tenang cocok
untuk melabuhkan perahu. Tadi saat menuju pantai aku melihat banyak bangkai
ikan yang bertebaran di pasir. Aku kurang tau juga mereka mengambil ikan
menggunakan apa. Tapi aku merasa mubajir melihat ikan mati bertebaran seperti
itu L
![]() |
banyak bangkai ikan bertaburan di pantai :( |
![]() |
tempat pelelangan yang tak jauh dari pantai |
Kemudian kami merasa
dingin, karena tak terasa air hujan sudah membuat kami basah. Maka kami
memutuskan mencari warung untuk menghangatkan diri. Kalau yang aku lihat,
Gesing mempunyai 2 zona untuk menikmati pantai. Zona pertama tempat nelayan
pulang melaut, air nya yang tenang membuat tidak takut untuk berenang. Kemudian
zona yang kedua berada sedikit ke atas, tempat melihat deburan ombak dari
ketinggian tebing. Zona ke dua ini lebih cocok untuk wisata selfie.
![]() |
pemandangan dari atas warung |
Kembali ke mencari warung, akhirnya kami putuskan untuk di tengah-tengah tapi pemandangan yang lebih terlihat adalah zona pertama. Karena masih hujan, aku tak mengapa kalau menghabiskan waktu di pantai Gesing saja, namun insting ku berkata hujan akan reda setelah kami tiba di kota. Membuang waktu di pantai Gesing dirasa sudah cukup.
Maka jam 11 kami
bergerak ke Candi Ratu Boko, butuh satu setengah jam untuk tiba di sana Tia
seperti biasa tidur, dan adik Tia hampir saja tertidur karena jalan yang mulus
dan berkelak-kelok memang membuat mengantuk.
![]() |
kirain gak akan sampai sini |
Untuk bisa masuk ke
candi Ratu Boko kami harus merogoh kocek 40rb/ orang dan parkir mobil 10rb.
Setelah melewati pintu masuk ada beberapa tempat selfie dengan hiasan love.
Tadi juga waktu di pantai ada tempat selfie dengan hiasan love, tak cuman di
dua tempat itu, di setiap tempat wisata selfie pasti ada hiasan love. Dimana-mana
ada love, benarkah ?
![]() |
dimana-mana ada love B) |
Lho, kok jadi curhat
yah *tepokjidat*
![]() |
tempat mandinya aja seluas ini bro ! |
Jam 2 kami masih di
Boko, masih belum puas mengulik candi juga berfoto ria. Rasanya belum semua
terjelajah akhirnya 2.30 kami pulang juga dengan berat hati. Beruntung jam 4
kami sudah sampai di stasiun masih ada waktu satu jam lima belas menit, dan
kami makan siang dulu dengan nasi soto kari yang ada di sebelah stasiun. Ada
jual rujak serut juga terus rujaknya di kasih es. Aku pengen belii tapi masih
kenyang banget dan pasti ribet kalo makan di kereta.
Perjalanan pulang kali
ini aku tak begitu nyaman karena disebelahku seorang pria. Kemudian saat di
Lempuyang kereta semakin penuh dengan para wisatawan tapi yang paling bikin gak
nyaman banyaknya emak-emak rempong yang berisik. Duhh aku nanti tua kaya mereka
juga gak yah ? L
Aku sampai Bandung
lebih pagi sekitar jam 3 memesan gojek lalu pulang ke kos.
Perjalanan ke Solo ku
kali ini memang kegiatan yang membuang waktu, pergi tidak begitu niat karena
merasa ada kewajiban saja, tidak ada planning A, B, C hanya mengikuti keinginan
saja.tapi jika bisa memanfaatkan waktu dan keadaan sebenarnya aku bisa dapat
lebih dari sekedar membuang waktu. Lain kali, aku harus menjadi ikan salmon
yang berenang melawan arus. Aku harus bisa mengendalikan keadaan seperti yang ku mau, bukan malah keadaan yang mengendalikan aku.
No comments:
Post a Comment